Rabu, 27 Desember 2017

Inovasi Ojek Online

Di zaman modern dimana teknologi merajajela, segala aspek kehidupan menjadi 'bersentuhan’ dan berbasis teknologi. Teknologi kini tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan manusia sehari-hari. Tidak dapat dipungkiri, kemutakhiran teknologi saat ini menawarkan kemudahan dalam segala aspek.
Dari aspek pendidikan, kini telah mengenal e-learning. Dari urusan untuk berbelanja kini olshop sudah menjamur. Dan inovasi baru yang cukup menuai cukup banyak kontroversi, yaitu ojol atau ojek on line. Ojek on line adalah transportasi umum yang menggunakan akses internet untuk memesannya. Penyedia jasa ojek on line cukup banyak, seperti Uber, Grab, dan Gojek.
Hampir di tiap-tiap kota besar kini bertebaran driver ojol. Hal ini terjadi karena kemudahan dan kemurahan dalam menggunakan ojol mengakibatkan banyaknya peminat pengguna jasa ini. Tentu saja hal ini berakibat munculnya peluang kerja. Ojol menjadi potensi kerja paruh waktu yang sangat mudah untuk dijalani. Siapapun yang memiliki lisensi mengemudi dan kendaraan dengan kondisi ‘prima’ dengan surat-surat lengkap memiliki peluang untuk menjadi driver ojol.
Namun, adanya ojol ini dianggap ‘menggeser’ keberadaan ojek konvensional dan menimbulkan gesekan. Para ojek konvensional merasa ojol ‘merebut’ lapangan kerja mereka. Tidak jarang perseteruan ini berujung pada kerusuhan dan sampai menimbulkan korban. Namun seiring berjalannya waktu, perselisihan antara ojek online dan ojek konvensional mulai mereda dan tidak sesering ketika awal kemunculan ojek online.

Keberadaan ojek online ini sama saja seperti inovasi-inovasi di bidang teknologi yang lainnya. Ada dampak positif berupa kemudahan dan ada dampak negatif seperti konflik dengan ojek konvensional. Tinggal kita sebagai masyarakat yang harus menanggapi dan menggunakannya secara bijak.

Generasi Micin & Kids Zaman Now

Abad 21 merupakan zaman dimana teknologi ‘menguasai’ kehidupan manusia. Perkembangan teknologi dan informasi yang sangat pesat tidak hanya membawa dampak positif, namun juga membawa dampak negatif. Sebagai manusia yang tidak bisa mengabaikan perkembangan teknologi, tentunya kita harus membekali diri dengan filter agar mampu memilih dan memilah dengan bijak dalam menggunakan teknologi. hal ini mungkin cukup mudah bagi orang-orang dewasa yang telah memiliki pemikiran yang stabil. Tidak seperti para anak-anak dan para remaja yang masih belum bisa bijaksana dalam menggunakan dan mengimbangi perkembangan teknologi dan informasi.
Di Indonesia sendiri kini sedang booming istilah ‘Generasi micin’ dan ‘Kids Zaman Now’, yang keduanya itu merujuk pada anak-anak dan remaja yang sebenarnya merupakan korban dari kurang bijaknya menggunakan teknologi. istilah-istilah tersebut disematkan pada anak-anak atau remaja yang melakukan suatu hal bodoh tanpa memikirkan akibatnya. Sebut saja video yang beberapa waktu lalu menggemparkan netizen dimana ada anak perempuan yang ‘melabrak’ anak perempuan lain karena diduga ‘menggosipkannya’ di perosotan, dengan gaya  berbicara dan mimik wajah khas ‘sinetron Indonesia’. Hal ini mengundang berbagai komentar dari netizen. Ada yang berkomentar negatif, contohnya yaitu mengatakan anak tersebut adalah korban sinetron alay Indonesia yang kurang bermutu, ada yang miris melihat hal tersebut karena beranggapan bahwa hal ini dikarenakan kurangnya pengawasan orang tua kepada anak sehingga anak meniru hal buruk yang ada dalam sinetron, namun tidak sedikit pula yang membuatnya sebagai bahan candaan dan membuat ‘meme sarkasme’ dari peristiwa tersebut.
Sebagai warganegara yang baik dan taat aturan seharusnya kita sebagai netizen dapat lebih cermat dalam ‘menggerakkan jempolnya’. Sebagai netizen yang cerdas, mari kita gunakan perkembangan teknologi informasi dengan sebaik-baiknya. Jangan menyebarkan ujaran kebencian dan kata-kata negatif, apalagi sampai melakukan bullying.

Generasi micin dan kids zaman now tidaklah mutlak kesalahan dari anak-anak tersebut, namun juga karena lingkungan yang kurang mendukung. Faktor psikologis pun berpengaruh pada sikap mereka. Kebanyakan mereka belum menemukan jati diri. Sehingga mereka melakukan hal-hal tersebut untuk menunjukkan eksistensi dirinya. Mereka masih dalam proses menemukan jati diri. Generasi micin dan kids zaman now hanyalah segelintir contoh korban dari perkembangan teknologi dan informasi. Mereka memerlukan tuntunan, bukan kata-kata kasar. Jadi, jangan melihat mereka dengan sebelah mata. 

Come Back Again

Setelah sekitar setengah tahun tak menjamah blog ini, akhirnya tersentuhlah blog yang sudah berlumut ini. Blog Curahan Hati Mahasiswa Labil sekarang tidak hanya membahas Curahan Hati dari Mahasiswa Labil, tapi akan ada beberapa tulisan yang lebih berfaedah.
Dalam beberapa waktu ke depan, si penulis ini akan memposting 5 artikel yang bertema sains, teknologi dan masyarakat. Untuk pengantarnya, penulis akan sedikit menjelaskan tentang sains, teknologi dan masyarakat. Sains, teknologi dan masyarakat adalah suatu kajian yang mengkaji mengenai bagaimana perkembangan sains dan teknologi berpengaruh pada kehidupan masyarakat.
Oke, itu saja pengantar yang (sangat) singkat dari si penulis (karena penulisnya ingin membuat penasaran). Nantinya akan ada artikel yang akan menjelaskan lebih mengenai sains, teknologi dan masyarakat.-sebenernya tugas kuliah :v-
Gak cuma bahas sains, teknologi dan masyarakat, penulis akan ngeshare pengalaman belajar jurnalistik dengan orang-orang hebat. Yah, pokoknya sesuatu yang lebih berfaedah dari sebelum-sebelumnya.
Pokoknya, Enjoy my blog.. :)

Mengenal Pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat dalam Pembelajaran IPS.

Setelah kita membahas tentang pengertian Sains, Teknologi, dan Masyarakat (STM), sekarang kita akan berbicara mengenai pendekatan STM dalam...