Rabu, 03 Januari 2018

Mengenal Pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat dalam Pembelajaran IPS.

Setelah kita membahas tentang pengertian Sains, Teknologi, dan Masyarakat (STM), sekarang kita akan berbicara mengenai pendekatan STM dalam pendidikan.
Menurut NSTA Report (1991 dalam Rusmansyah 2001) Sains-Teknologi-Masyarakat merupakan terjemahan dari Sains-Technology-Society (STS), yaitu suatu usaha untuk menyajikan Ilmu Pengetahuan Alam dengan mempergunakan masalah-masalah dari dunia nyata. Fajar (2004) mengasumsikan bahwa pada mulanya pendekatan STS diperuntukkan bagi mata pelajaran IPA, tetapi pada perkembangan selanjutnya dikembangkan untuk mata pelajaran IPS. Pendekatan STS ini menurut Fajar justru lebih menarik dan bervariasi diterapkan dalam pendidikan IPS, karena banyaknya isu atau masalah di masyarakat yang sangat dekat dengan pendidikan IPS itu sendiri. Untuk mengatasi isu atau masalah yang timbul di masyarakat tersebut peserta didik dapat mengaplikasikan konsep dari pendidikan IPS yang telah dipelajarinya dan sangat dimungkinkan dalam prosesnya terdapat keterkaitan dengan aplikasi konsep dari pendidikan IPA (Ratri, 2005: 10).
Adapun tujuan pendekatan STM adalah menghasilkan peserta didik yang cukup memiliki bekal pengetahuan, sehingga mampu mengambil keputusan penting tentang masalah-masalah dalam masyarakat serta mengambil tindakan sehubungan dengan keputusan yang telah diambilnya (Hidayanti: 2006).

Sains dan teknologi yang berkembang sangat pesat banyak menimbulkan perubahan, baik itu di alam maupun dalam keadaan sosial masyarakatnya. Pendekatan STM sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang merupakan integrasi dari berbagai ilmu sosial dan humaniora, yang secara keseluruhan membahas tentang permasalahan sosial. 
Penerapan pendekatan STM dalam pembelajaran IPS tidak bertujuan untuk menghasilkan peserta didik yang ahli dalam bidang sains ataupun teknologi, namun agar peserta didik menyadari dampak perkembangan sains dan teknologi serta dapat bijaksana dalam memilih dan memilah dampak tersebut. Selain itu, pendekatan STM dalam pembelajaran IPS juga melatih peserta didik untuk peka terhadap lingkungan sekitar dengan mengamati permasalahan sosial yang ditimbulkan oleh perkembangan sains dan teknologi serta mampu menyelesaikan permasalahan tersebut.

Apa sih STM itu?

Apa yang pertama kalian pikirkan ketika mendengar kata ‘sains’? Kebanyakan dari kita akan berpikir tentang ilmu yang mempelajari berbagai aspek kehidupan alam, seperti makhluk hidup. Ada juga yang akan langsung berpikiran mengenai ilmu yang di dalamnya memuat angka-angka dan rumus-rumus rumit yang memusingkan kepala (ini pikiran anak IPS, btw saya anak IPS :v). Kemudian, Apa yang pertama kalian pikirkan ketika mendengar kata ‘teknologi’? Ketika mendengar kata ini, hal yang terbesit di kepala kita kebanyakan adalah smartphone, gadget, dan internet. Karena hal ini merupakan yang paling dekat dengan kita. Dan tentunya pasti ada yang langsung berpikiran mengenai robot-robot canggih. Hal tersebut tidaklah dapat disalahkan, karena memang hal-hal yang saya sebutkan di atas merupakan bagian dari teknologi. Lalu, bagaimana jika kedua konsep di atas dikaitkan dengan masyarakat?
Sains, Teknologi, dan Masyarakat merupakan suatu pengetahuan interdisiplin yang hakikatnya merupakan pemahaman terhadap kaitan antara sains dengan teknologi dan manfaatnya bagi masyarakat (Prof. Dr. Anna Poedjiaji). Bukan hanya melihat manfaatnya, namun juga mengkaji dampak negatifnya agar masyarakat bisa menghindari hal tersebut.

Dalam pendidikan Indonesia, STM baru dihadirkan sebagai sebuah mata pelajaran (atau mata kuliah) di jenjang perkuliahan. Tidak ada mata pelajaran STM, sehingga STM dijadikan sebagai sebuah pendekatan dalam pembelajaran di sekolah. Kajian ini sangat penting bagi masyarakat mengingat kini perkembangan teknologi sangat pesat, sehingga akan lebih baik jika kajian ini ditanamkan ke masyarakat sedini mungkin.

Selasa, 02 Januari 2018

Natal dan Tahun Baru, Momen Tepat Berziarah ke Taman Makam Pahlawan Bumi Kencana

Banjarbaru- Libur natal dan tahun baru dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berziarah ke Taman Makam Pahlawan (TMP) Bumi Kencana yang terletak di Jl. Ahmad Yani No. 14, Landasan Ulin Utara, Liang Anggang, Banjarbaru. Selain karena Natal yang merupakan hari raya umat Kristiani dan tahun baru yang dikonotasikan sebagai membuka lembaran baru, liburan yang cukup panjang ini membuat banyak peziarah yang datang. Hal ini terlihat dari banyaknya bunga yang ditaburkan di atas makam dengan kondisi yang masih segar. Ada sekitar 19 peziarah yang tercatat di buku tamu TMP Bumi Kencana. Peziarah tidak hanya berasal dari dalam kota, namun juga berasal dari luar kota seperti Samarinda, Kuala Kapuas dan Jorong.

Salah satu peziarah adalah Mantil Tundan (53 tahun) dan istrinya, Melce (51 tahun) yang mengunjungi makam ayah dari Mantil.Saya tiap tahun kalau Natal, tahun baru atau kalau waktu senggang pasti ke sini. Kalau Paskah, itu wajib berkunjung ke sini”, ujar Melce (2/1/2018). Mantil menjelaskan bukan hanya mereka saja yang kerap berziarah, namun juga saudara yang berada di luar kota. “Kadang berdua, kadang juga rombongan. Yang sering ke sini itu adiknya almarhum Ayah. Sama saudara yang di Tamiang Layang kadang ke sini, apalagi kalau mau ke hulu sungai kan melewati, itu pasti mampir ke sini buat ziarah”, jelas Mantil.

Meskipun sedang dalam momen ramai peziarah, tidak ada petugas yang menjaga dinas sosial di TMP Bumi Kencana, sehingga buku tamu pun tidak diisi. “Orangnya ke Banjar (Banjarmasin)”, ujar seorang warga yang berada di sekitar TMP Bumi Kencana. Hal ini menyebabkan pengunjung yang datang tidak mengisi buku tamu dan berakibat pada kurang tertibnya buku tamu TMP Bumi Kencana. (Yuni Indriani)

Generasi Nunduk & Generasi Tongak, bagian dari dampak teknologi

Ada-ada saja kelakuan manusia zaman sekarang. Dengan perkembangan teknologi informasi yang luar biasa, perubahan sikap manusia juga sangat luar biasa. Berdalih mengikuti perkembangan zaman, nyatanya tidak sedikit yang malah terjerumus dalam kelakuan aneh karena menjadi ‘hamba’ teknologi.
Sebut saja generasi nunduk. Generasi nunduk, adalah istilah yang menggambarkan keadaan manusia di zaman sekarang. Orang-orang lebih memilih untuk menyibukkan diri menunduk memperhatikan layar gadgetnya dibandingkan membaca buku, atau bahkan berinteraksi dengan orang di sekitarnya. Hampir di setiap tempat kita bisa menemukan generasi nunduk. Generasi nunduk ini tidak memiliki batasan umur, anak-anak, remaja, orang tua, bahkan lansia tak jarang menundukkan kepalanya untuk fokus memainkan gadget.
Beralih dari generasi nunduk, kini pun bertebaran generasi tongak. Generasi tongak (istilah yang saya ciptakan sendiri :v) ini menggambarkan orang-orang yang mengarahkan kepala (pandangan)-nya ke atas untuk mengambil fotonya sendiri (selfie). Beberapa waktu lalu, kematian pemuda asal Tiongkok bernama Wu Yongning menggemparkan dunia maya. Pasalnya ia meninggal karena jatuh dari ketinggian (gedung) ketika hendak mengambil fotonya. Wu Yongning memang cukup terkenal karena hobinya yang sensasional yaitu menantang maut dengan ber-selfie ria di ketinggian. bukan hanya Wu Yongning, sekelompok remaja perempuan asal negeri jiran Malaysia pun sempat menghebohkan jagat dunia maya. Remaja tersebut nekad menaiki Papan IPOH untuk mengambil foto serta videonya dan mengunggahnya di dunia maya.

Tentunya fenomena-fenomena ini menjadi ‘warna’ dalam perkembangan teknologi. Perubahan sikap masyarakat terutama remaja yang menggandrungi teknologi dan media sosial ini menjadi perhatian bagi pengguna teknologi. Apalagi setelah adanya kejadian meninggalnya Wu Yongning Karena aksinya yang menantang maut hanya untuk mendapatkan foto selfie. Ketika menemui orang-orang yang bersikap seperti ini, sebagai pengguna media sosial yang bijak, alangkah baiknya jika kita tidak menghujatnya. Kita perlu mengingatkannya, bukan malah memberikan kalimat-kalimat ‘pedas’ yang nantinya bisa melukai orang lain. tiru yang baik, tinggalkan yang buruk tanpa memberikan ujaran kebencian.

Rabu, 27 Desember 2017

Inovasi Ojek Online

Di zaman modern dimana teknologi merajajela, segala aspek kehidupan menjadi 'bersentuhan’ dan berbasis teknologi. Teknologi kini tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan manusia sehari-hari. Tidak dapat dipungkiri, kemutakhiran teknologi saat ini menawarkan kemudahan dalam segala aspek.
Dari aspek pendidikan, kini telah mengenal e-learning. Dari urusan untuk berbelanja kini olshop sudah menjamur. Dan inovasi baru yang cukup menuai cukup banyak kontroversi, yaitu ojol atau ojek on line. Ojek on line adalah transportasi umum yang menggunakan akses internet untuk memesannya. Penyedia jasa ojek on line cukup banyak, seperti Uber, Grab, dan Gojek.
Hampir di tiap-tiap kota besar kini bertebaran driver ojol. Hal ini terjadi karena kemudahan dan kemurahan dalam menggunakan ojol mengakibatkan banyaknya peminat pengguna jasa ini. Tentu saja hal ini berakibat munculnya peluang kerja. Ojol menjadi potensi kerja paruh waktu yang sangat mudah untuk dijalani. Siapapun yang memiliki lisensi mengemudi dan kendaraan dengan kondisi ‘prima’ dengan surat-surat lengkap memiliki peluang untuk menjadi driver ojol.
Namun, adanya ojol ini dianggap ‘menggeser’ keberadaan ojek konvensional dan menimbulkan gesekan. Para ojek konvensional merasa ojol ‘merebut’ lapangan kerja mereka. Tidak jarang perseteruan ini berujung pada kerusuhan dan sampai menimbulkan korban. Namun seiring berjalannya waktu, perselisihan antara ojek online dan ojek konvensional mulai mereda dan tidak sesering ketika awal kemunculan ojek online.

Keberadaan ojek online ini sama saja seperti inovasi-inovasi di bidang teknologi yang lainnya. Ada dampak positif berupa kemudahan dan ada dampak negatif seperti konflik dengan ojek konvensional. Tinggal kita sebagai masyarakat yang harus menanggapi dan menggunakannya secara bijak.

Generasi Micin & Kids Zaman Now

Abad 21 merupakan zaman dimana teknologi ‘menguasai’ kehidupan manusia. Perkembangan teknologi dan informasi yang sangat pesat tidak hanya membawa dampak positif, namun juga membawa dampak negatif. Sebagai manusia yang tidak bisa mengabaikan perkembangan teknologi, tentunya kita harus membekali diri dengan filter agar mampu memilih dan memilah dengan bijak dalam menggunakan teknologi. hal ini mungkin cukup mudah bagi orang-orang dewasa yang telah memiliki pemikiran yang stabil. Tidak seperti para anak-anak dan para remaja yang masih belum bisa bijaksana dalam menggunakan dan mengimbangi perkembangan teknologi dan informasi.
Di Indonesia sendiri kini sedang booming istilah ‘Generasi micin’ dan ‘Kids Zaman Now’, yang keduanya itu merujuk pada anak-anak dan remaja yang sebenarnya merupakan korban dari kurang bijaknya menggunakan teknologi. istilah-istilah tersebut disematkan pada anak-anak atau remaja yang melakukan suatu hal bodoh tanpa memikirkan akibatnya. Sebut saja video yang beberapa waktu lalu menggemparkan netizen dimana ada anak perempuan yang ‘melabrak’ anak perempuan lain karena diduga ‘menggosipkannya’ di perosotan, dengan gaya  berbicara dan mimik wajah khas ‘sinetron Indonesia’. Hal ini mengundang berbagai komentar dari netizen. Ada yang berkomentar negatif, contohnya yaitu mengatakan anak tersebut adalah korban sinetron alay Indonesia yang kurang bermutu, ada yang miris melihat hal tersebut karena beranggapan bahwa hal ini dikarenakan kurangnya pengawasan orang tua kepada anak sehingga anak meniru hal buruk yang ada dalam sinetron, namun tidak sedikit pula yang membuatnya sebagai bahan candaan dan membuat ‘meme sarkasme’ dari peristiwa tersebut.
Sebagai warganegara yang baik dan taat aturan seharusnya kita sebagai netizen dapat lebih cermat dalam ‘menggerakkan jempolnya’. Sebagai netizen yang cerdas, mari kita gunakan perkembangan teknologi informasi dengan sebaik-baiknya. Jangan menyebarkan ujaran kebencian dan kata-kata negatif, apalagi sampai melakukan bullying.

Generasi micin dan kids zaman now tidaklah mutlak kesalahan dari anak-anak tersebut, namun juga karena lingkungan yang kurang mendukung. Faktor psikologis pun berpengaruh pada sikap mereka. Kebanyakan mereka belum menemukan jati diri. Sehingga mereka melakukan hal-hal tersebut untuk menunjukkan eksistensi dirinya. Mereka masih dalam proses menemukan jati diri. Generasi micin dan kids zaman now hanyalah segelintir contoh korban dari perkembangan teknologi dan informasi. Mereka memerlukan tuntunan, bukan kata-kata kasar. Jadi, jangan melihat mereka dengan sebelah mata. 

Come Back Again

Setelah sekitar setengah tahun tak menjamah blog ini, akhirnya tersentuhlah blog yang sudah berlumut ini. Blog Curahan Hati Mahasiswa Labil sekarang tidak hanya membahas Curahan Hati dari Mahasiswa Labil, tapi akan ada beberapa tulisan yang lebih berfaedah.
Dalam beberapa waktu ke depan, si penulis ini akan memposting 5 artikel yang bertema sains, teknologi dan masyarakat. Untuk pengantarnya, penulis akan sedikit menjelaskan tentang sains, teknologi dan masyarakat. Sains, teknologi dan masyarakat adalah suatu kajian yang mengkaji mengenai bagaimana perkembangan sains dan teknologi berpengaruh pada kehidupan masyarakat.
Oke, itu saja pengantar yang (sangat) singkat dari si penulis (karena penulisnya ingin membuat penasaran). Nantinya akan ada artikel yang akan menjelaskan lebih mengenai sains, teknologi dan masyarakat.-sebenernya tugas kuliah :v-
Gak cuma bahas sains, teknologi dan masyarakat, penulis akan ngeshare pengalaman belajar jurnalistik dengan orang-orang hebat. Yah, pokoknya sesuatu yang lebih berfaedah dari sebelum-sebelumnya.
Pokoknya, Enjoy my blog.. :)

Mengenal Pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat dalam Pembelajaran IPS.

Setelah kita membahas tentang pengertian Sains, Teknologi, dan Masyarakat (STM), sekarang kita akan berbicara mengenai pendekatan STM dalam...